Penalaran Dalam Proses Pembahasan
Bagaimanakah penalaran dipergunakan dalam proses pembahasan, berikut ini adalah penjelasannya, semoga dapat bermanfaat untuk kita semua :)
Definisi
Penalaran
Bernalar
yaitu proses berpikir yang menghasilkan suatu pengertian dalam pembahasan suatu
masalah yang dilakukan secara logis, sistematis, terorganisasi dalam urutan
yang saling berhubungan sampai dengan kesimpulan. Selain itu Penalaran
penalaran dapat diartikan menghubung-hubungkan fakta atau data, menganalisis
suatu topik yang menghasilkan suatu pengertian sampai dengan suatu kesimpulan.
Jenis-Jenis
Penalaran
Penalaran terbagi menjadi dua yaitu:
1. Penalaran Induktif
Penalaran Induktif adalah proses
berpikir logis yang diawali dengan observasi data, pembahasan, dukungan
pembuktian, dan diakhiri kesimpulan umum. Kesimpulan ini dapat berupa prinsip
atau sikap yang berlaku umum atas fakta yang bersifat khusus. Penalaran
induktif pada dasarnya terdiri dari tiga macam: generalisasi, analogi, dan
hubungan kausal.
Generalisasi adalah proses penalaran berdasarkan
pengamatan atas sejumlah gejala yang bersifat khusus, serupa, atau sejenis yang
disusun secara logis dan diakhiri dengan kesimpulan yang bersifat umum.
Contoh:
Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan, emas memuai.
Jadi, jika dipanaskan, logam memuai.
Sahih atau tidak sahihnya simpulan
dari generalisai itu dapat dilihat dari hal-hal berikut ini :
·
Data harus memadai jumlahnya. Makin
banyak data yang dipaparkan, maka sahih simpulan yang diperoleh.
·
Data itu harus mewakili keseluruhan.
Dari data yang sama itu akan dihasilkan simpulan yang sahih.
·
Pengecualian perlu diperhitungkan
karena data-data yang mempunyai sifat khusus tidak dapat dijadikan data.
Analogi adalah cara penarikan penalaran
secara membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama.
Contoh:
Nina
adalah lulusan akademi A.
Nina dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Ali adalah lulusan akademi A.
Oleh sebab itu, ali dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Tujuan penalaran secara analogi
adalah sebagai berikut :
· Analogi dilakukan untuk meramalkan
sesuatu.
· Analogi dilakukan untuk
menyingkapkan kekeliruan.
· Analogi digunakan untuk menyusun
klasifikasi.
a.
Hubungan kausal
Hubungan kausal adalah penalaran
yang diperoleh dari gekaja-gejala yang saling berhubungan. Misalnya, tombol
ditekan, akibatnya bel berbunyi. Dalam kehidupan kita sehari-hari, hubungan
kausal ini sering kita temukan. Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini,
terdapat tiga hubungan masalah yaitu sebagai berikut :
Sebab-Akibat
Sebab-akibat ini berpola A
menyebabkan B. Disamping itu, hubungan ini dapat pula berpola A menyebabkan
B,C,D dan seterusnya. Jadi, efek dari satu peristiwa yang dianggap penyebab
kadang-kadang lebih dari satu.
Contoh:
Andaikan angin itu tiba-tiba bertiup
(A), dan hujan tiba-tiba turun (B), ternyata tidak sebuah mangga pun yang jatuh
(E), tentu kita dapat menyimpulkan bahwa jatuhnya buah mangga itu disebabkan
oleh lemparan anak-anak (C).
Pola
seperti itu dapat kita lihat pada rancangan berikut.
Angin hujan lemparan mangga
jatuh
(A) (B) (C) (E)
Angin, hujan mangga
tidak jatuh
(A) (B)
(E)
Oleh sebab itu, lemparan anak
menyebabkan mangga jatuh
(C) (E)
Pola-pola
seperti itu sesuai pula dengan metode agreement yang berbunyi sebagai berikut.
Jika dua kasus atau lebih dalam satu gejala mempunyai satu dan hanya satu
kondisi yang dapat mengakibatkan sesuatu, kondisi itu dapat diterima sebagai
penyebab sesuatu tersebut.
Teh, gula, garam menyebabkan kedatangan surat
(A) (B)
(R)
(Y)
Gula, lada, bawang menyebabkan kedatangan semut
(Q)
(S) (U) (Y)
Jadi, gula menyebabkan kedatangan
semut.
(Q) (Y)
Akibat-Sebab
Akibat-sebab ini dapat kita lihat
pada peristiwa seseorang yang pergi ke dokter. Ke dokter merupakan akibat dan
sakit merupakan sebab, jadi mirip dengan entimen. Akan tetapi, dalam penalaran
jenis akibat-sebab ini, peristiwa sebab merupakan simpulan.
Akibat-Akibat
Akibat-akibat adalah suatu penalaran
yang menyiratkan penyebabnya. Peristiwa “akibat” langsung disimpulkan pada
suatu “akibat” yang lain. Contohnya adalah sebagai berikut.
Dalam kasus itu penyebabnya tidak
ditampilkan, yaitu hari hujan. Pola itu dapat dilihat sebagai berikut ini.
Hujan menyebabkan tanah becek
(A) (B)
Hujan menyebabkan jemutran basah
(A) (C)
Dalam proses penalaran,
“akibat-akibat”, peristiwa tanah becek (B) merupakan data, dan peristiwa kain
jemuran basah (C) merupakan simpulan.
Jadi, karena tanah becek, pasti kain
jemuran basah.
(B)
(C)
2.
Penalaran
Deduktif
Penalaran deduktif adalah proses
berfikir logis yang diawali dengan penyajian fakta yang bersifat umum, disertai
pembuktian khusus,dan diakhiri kesimpulan khusus yang berupa prinsip, sikap,
atau fakta yang berlaku khusus. Simpulan yang diperoleh tidak mungkin lebih
umum daripada proposisi temoat menarik kesimpulan itu. Proposisi tempat menarik
simpulan itu disebut premis. Karangan
deduktif mempunyai bermacam-macam jenis berdasarkan teknik pengembangannya
maupun uraian isinya. Dalam penarikan simpulan (konklusi) secara deduktif dapat
dilakukan secara langsung dan dapat pula dilakukan secara tidak langsung.
a. Menarik Simpulan secara Langsung
Simpulan secara langsung dapat
ditarik dari satu premis. Sebaliknya, konklusi yang ditarik dari dua premis
disebut simpulan taklangsung.
Misalnya:
1. Semua S adalah P. (premis)
Semua P adalah S. (simpulan)
Contoh:
Semua ikan berdarah dingin. (premis)
Sebagian yang berdarah dingin adalah ikan.
(simpulan)
2. Tidak satu pun S adalah P. (premis)
Tidak
satu pun P adalah S. (simpulan)
Contoh:
Tidak seekor nyamuk pun adalah lalat. (premis)
Tidak seekor lalat pun adalah nyamuk. (simpulan)
3.
Semua S adalah P. (premis)
Tidak
satu pun S adalah tak-P. (simpulan)
Contoh:
Semua rudal adalah senjata berbahaya. (premis)
Tidak satu pun rudal adalah senjata tidak berbahaya
(simpulan)
4. Tidak satu pun S adalah P. (premis)
Semua
S adalah tak-P. (simpulan)
Contoh:
Tidak seekor pun harimau adalah singa. (premis)
Semua harimau adalah bukan singa. (simpulan)
5. Semua S adalah P. (premis)
Tidak
satu pun S adalah tak-P. (simpulan)
Tidak
satu pun tak-P adalah S. (simpulan)
Contoh:
Semua gajah adalaah berbelalai. (premis)
Tidak satu pun gajah adalah tak berbelalai. (simpulan)
Tidak satu pun yang berbelalai adalah gajah. (simpulan)
b.
Menarik
Simpulan secara Tidak Langsung
Penalaran deduksi yang berupa penarikan simpulan secara
tidak langsung memerlukan dua premis sebagai data. Dari dua premis ini kana
dihasilkan sebuah simpulan. Premis yang pertama adalah premis yang bersifat
umum dan premis yang kedua adalah premis yang bersifat khusus.
Untuk menarik simpulan secara tidak langsung ini, kita
memerlukan suatu premis (pernyataan dasar) yang bersifat pengetahuan yang semua
orang sudah tahu, umpamanya setiap manusia akan mati, semua ikan berdarah
dingin, semua sarjana adalah lulusan perguruan tinggi, atau semua pohon kelapa
berakar serabut.
Beberapa jenis penalaran deduksi dengan penarikan secara
tidak langsung sebagai berikut.
a)
Silogisme kategorial
Yang
dimaksud dengan silogisme kategorial adalah silogisme yang terjadi dari tiga
proposisi. Dua proposisi merupakan premis dan satu proposisi merupakan
simpulan. Premis yang bersifat umum disebut premis
mayor, dan premis yang bersifat khusus disebut premis minor. Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek
simpulan disebut term minor, dan predikat
simpulan disebut term mayor.
Contoh:
Semua manusia bijaksana
Semua polisi adalah manusia
Jadi, semua polisi bijaksana.
Untuk
menghasilkan simpulan harus ada term penengah sebagai penghubung antara premis mayor
dan premis minor. Term penengah pada silogisme diatas ialah manusia term penengah hanya terdapata
pada premis, tidak terdapat pada simpulan. Kalau term penengah tidak ada,
simpulan dapat diambil.
Contoh:
Semua manusia tidak bijaksana.
Semua kera bukan manusia.
Jadi, (tidak ada simpulan).
Aturan
umum silogisme kategorial adalah sebagai berikut.
·
Silogisme harus terdiri dari tiga
term, yaitu term mayor, term minor, dan term menengah.
Contoh:
Semua atlet harus giat berlatih.
Xantipe adalaah seorang atlet.
Xantipe harus giat berlatih.
Term minor = xantipe
Term mayor =
harus giat berlatih
Term
menengah = atlet
Kalau lebih dari tiga term, simpulan
akan menjadi salah.
Contoh:
Gambar itu menempel di dinding.
Dinding itu menempel di tiang.
Dalam premis ini terdapat empat term
yaitu gambar, menempel di dinding,
dan dinding menempel di tiang.
·
Silogisme terdiri atas tiga
proposisi, yaitu premis mayor, premis minor dan simpulan.
·
Dua premis yang negatif tidak dapat mengghasilkan
simpulan.
Contoh:
Semua
semut bukan ulat.
Tidak
seekor ulat pun adalah manusia.
·
Bila salah satu premisnya negatif,
simpulan pasti negatif.
Contoh:
Tidak
seekor gajah pun adalah singa.
Semua
gajah berbelelei.
Jadi,
tidak seekor singa pun berbelalai.
·
Dari premis yang positif, akan
dihasilkan simpulan yang positif.
·
Dari dua premis yang khusus tidak
dapat ditarik satu simpulan.
Contoh:
Sebagian
orang jujur adalah petani.
Sebagian
pegawai negeri adalah orang jujur.
Jadi.... (tidak ada simpulan)
·
Bila salah satu premisnya khusus,
simpulan akan bersifat khusus.
Contoh:
Semua
mahasiswa adalah lulusan SLTA.
Sebagian
mahasiswa adalah mahasiswa.
Jadi,
sebagian pemuda adalah lulusan SLTA.
·
Dari premis mayor yang khusus dan
premis minor yang negatif tidak dapat ditarik satu simpulan.
Contoh:
Beberapa
manusia adalah bijaksana.
Tidak
seekor binatang pun adalah manusia.
Jadi.... (tidak ada simpulan)
b)
Silogisme Hipotesis
Silogisme hipotesis adalah silogisme
yang terdiri atas premis mayor dan berproposisi kondisional hipotesis.
Kalau premis minornya membenarkan
anteseden, simpulannya membenarkan konskuen. Kalau premis minornya menolak
anteseden, simpulannya juga menolak konskuen.
Contoh:
Jika
besi dipanaskan, besi akan memuai.
Besi
dipanaskan.
Jadi,
besi memuai.
Jika
besi tidak dipanaskan, besi tidak akan memuai.
Besi
tidak dipanaskan.
Jadi,
besi tidak akan memuai.
c)
Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif adalah
silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Kalau
premis minornya membenarkan salah satu alternatif, simpulannya akan menolak
alternatif yang lain.
Contoh:
Dia
adalah seorang kiai atau profesor.
Dia
seorang kiai.
Jadi,
dia bukan seorang profesor.
Dia
adalah seorang kiai atau profesor.
Dia
bukan seorang kiai.
Jadi,
dia seorang profesor.
d)
Entimen
Sebenarnya silogisme ini jarang
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun dalam lisan.
Akan tetapi, ada bentuk silogisme yang tidak mempunyai premis mayor karena
premis mayor itu sudah diketahui secara umum. Yang dikemukakan hany premis
minor dan simpulan.
Contoh:
Semua
sarjana adalah orang cerdas.
Ali
adalah seorang sarjana.
Jadi,
ali adalah orang cerdas.
Dari silogisme ini dapat ditarik
satu entimen, yaitu “Ali orang cerdas
karena dia seorang sarjana”.
Beberapa contoh entimen:
Dia menerima hadiah pertama karena dia telah
menang sayembara itu.
Dengan demikian, silogisme dapat
dijadikan entimen. Sebaliknya, sebuah entimen juga dapat diubah menjadi
silogisme.
sumber : pintarbahsa.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar