Dalam penulisan kali ini saya akan membahas
tentang bagaimanakah proses penulisan metode ilmiah itu, dan mencoba
mengaitkannya dengan contoh kasus yang ada.
Pengertian
Metode Ilmiah
Metode ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan
berdasarkan bukti fisisnyang ada dan sangat jelas. Cara untuk memperoleh
pengetahuan atau kebenaran pada metode ilmiah haruslah diatur oleh
pertimbangan-pertimbangan yang logis (McCleary, 1998). Ilmu pengetahuan
seringkali berhubungan dengan fakta, maka cara mendapatkannya, jawaban-jawaban
dari semua pertanyaan yang ada pun harus secara sistematis berdasarkan
fakta-fakta yang ada. Hubungan antara penelitian dan metode ilmiah adalah
sangat erat atau bahkan tak terpisahkan satu dengan lainnya. Intinya bahwa
metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan,
pengesahan dan penjelasan kebenaran. Dengan adanya metode ilmiah ini
pertanyaan-pertanyaan dasar dalam mencari kebenaran seperti apakah yang
dimaksud, apakah benar demikian, mengapa begini/begitu, seberapa jauh,
bagaimana hal tersebut terjadi dan sebagainya, akan lebih mudah terjawab.
Kriteria Metode Ilmiah
1. Berdasarkan Fakta
Semua keterangan dan penjelasan yang ingin diperoleh dalam penelitian untuk
keperluan analisis haruslah berdasarkan data-data di lapangan yang orisinil
atau asli serta fakta-fakta yang nyata. Tidak diperkenankan sama sekali
keterangan dan penjelasan yang didapat adalah berdasarkan perkiraan, mitos,
kemungkinan-kemungkinan dan sebagainya. Bila hal ini dilakukan maka hasilnya
tentunya bukan lagi sebuah kebenaran ilmiah, dan tentu saja cara yang seperti
ini juga bukan merupakan suatu cara yang dapat disebut dengan metode ilmiah.
2. Tidak ada prasangka
Cara yang ditempuh untuk mencari kebenaran atau pengetahuan harus bersifat
bebas dari adanya prasangka di dalamnya. Semua pertimbangan harus dilakukan
dengan pikiran jernih tanpa ada pertimbangan yang subyektif. Pembuktian dan
pengambilan kesimpulan harus didasarkan pada fakta dan penjelasan atau bukti
yang nyata dan objektif. Apabila hasil dari suatu penelitian, misalnya,
menunjukan bahwa ada ketidak sesuaian dengan hipotesis, maka kesimpulan yang
diambil haruslah merujuk kepada hasil tersebut, meskipun katakanlah, hal
tersebut tidak disukai oleh pihak pemberi dana.
3. Terdapat analisis
Semua data dan fakta yang telah diperoleh harus diberi penjelasan yang kuat dan
memedai, tidak cukup hanya diberikan deskripsi atau gambaran singkat saja, agar
mudah dipahami dan member manfaat atau makna serta berkontribusi terhadap
pengembangan pengetahuan. Semua data, fakta atau fenomena harus dicari
sebab-musabab serta pemecahannya menggunakan analisis yang logis, padat, cermat
dan tajam. Sebagai contoh apabila ada seorang peneliti yang melakukan
penelitian dengan membandingkan kemampuan suatu bakteri dalam menghidrolisis
suatu senyawa pada lingkungan dengan suhu berbeda, dan didapatkan pada suhu
lebih tinggi kemampuannya lebih optimal, maka tidak cukup bagi peneliti
tersebut apabila hanya menampilkan suatu grafik yang menunjukan bahwa pada suhu
tinggi hasil reaksi hidrolisis lebih banyak. Sebagai penelitian yang harus
memenuhi criteria metode ilmiah, maka peneliti tersebut harus menganalisis
fenomena tersebut dengan tajam.
4. Terdapat hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah yang akan diteliti.
Dengan adanya hipotesis ini peneliti dituntut dalam proses berpikir secara
analisis. Semua yang akan dilakukan menggunakan tuntuunan hipotesis tersebut.
Tidak berarti dan tidak selalu bahwa hipotesis selalu benar dan sesuai dengan
data fakta di akhir penelitian nanntinya. Namun justru dengan itulah peneliti
mempunyai panduan agar sampai kea rah sasaran dan tujuan yang tepat.
5. Objektif
Seorang peneliti harus selalu bersikap objektif dalam mencari kebenaran. Semua
data dan fakta yang tersaji harus disajikan dan dianalisis secara objektif.
Pertimbangan dan penarikan kesimpulan harus menggunakan pikiran yang jernih dan
tidak berdasarkan perasaan.
6. Menggunakan teknik kuantitatifikasi
Dalam perlakuan terhadap data yang diperoleh terutama angka-angka dari suatu
harga yang mempunyai besaran tertentu harus mempergunakan ukuran-ukuran
kuantitatif yang telah lazim, seperti misalnya derajat Celcius untuk ukuran
atau satuan temperature. Dalam laporan atau penulisan ukuaran atau satuan
tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan singkatan yang telah lazim, misalnya
kg untuk kilogram dan sebagainya. Ukuran-ukuran yang tidak terkuantifikasi
harus dihindari, seperti misalnya, sejauh mata memandang untuk ukuran jarak dan
sebagainya.
Kerangka Metode Ilmiah
Metode ilmiah diawali dengan proses
deduksi, yaitu pengambilan konsep atau sesuatu yang lain berdasarkan pengalaman
atau teori yang bersifat umum. Tentu saja untuk memperdalam dan mempertegas hal
ini harus diperkuat dengan studi pustaka. Dari teori atau konsep dan fenomena
serta keadaan yang ada itulah kemudian baru dirumuskan permasalahan apa yang
akan diteliti. Perumusan atau penetapan masalah ini diperlukan agar tidak
terdapat keraguan pada saat melakukan penelitian dan juga untuk membatasi
sampai sejauh mana suatu penelitian akan dilakukan.
Apabila hal ini sudah dilalui, maka tahap berikutnya adalah penyusunan
hipotesis yang tak lain adalah jawaban atau kesimpulan sementara tentang
hubungan dan sangkut paut antar variable atau fenomena dalam suatu penelitian.
Tentunya jawaban sementara ini harus mempunyai dasar atau landasan yang kuat
dan logis. Pada tahapan ini juga harus ditentukan cara-cara untuk menguji
hipotesis tersebut. Cara-cara ini sangat bergantung pada disiplin ilmu peneliti
dan penelitian yang dilakukan.
Selanjutnya tahap yang sangat krusial adalah verifikasi atau pembuktian
hipotesis itu sendiri. Pada tahap ini yang diperlukan adalah data, dan ini
dapat diperoleh dari berbagai sumber dan cara teknik sesuai denganmetode yang
telah ditetapkan sebelumnya. Apabila penelitiannya merupakan penelitian yang
berbasis eksperimen, seperti yang biasa dilakukan di bidang sains dan teknik,
maka data yang diperoleh tentunya adalah data-data hasil percobaan yang telah
diatur metodenya. Apabila penelitian berdasarkan survey, tentunya data yang
diperoleh merupakan hasil survey dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
dilakukan langsung terhadap responden baik secara langsung ataupun kuisoner.
Data-data yang telah terkumpul ini selanjutnya dianalisis dan diintepretasikan
menggunakan cara-cara yang sesuai. Analisi dan intepretasi ini harus dengan
penjelasan yang logis dan konseptual.
Setelah analisis dan tafsiran diberikan, maka selanjutnya dilakukan tahapan
induksi yaitu generalisasi dari temuan-temuan yang ada, dan berikutnya
disusunlah beberapa kesimpulan. Kesimpulan dan generalisasi ini harus ada
kaitannya dengan hipotesis, artinya bahwa kesimpulan ini menjawab semua rumusan
masalah dan membuktikan apakah hipotesis yang telah dirumuskan benr atau harus
ditolak.
Demikianlah kerangka metode ilmiah yang lazim dilakukan. Satu tahapan
setelahnya yang tidak kalah penting adalah penyajian laporan ilmiah melalui
berbagai jenis laporan ilmiah yang dapat dilakukan.
Contoh Kasus
Dua hari
menjelang Lebaran, harga cabai merah yang dijual di sejumlah pasar tradisional
di Kabupaten Purwakarta semakin ‘pedas’ naik Rp 6000/kg. Harga kebutuhan pokok
masyarakat lainya juga naik seperti daging ayam dan daging sapi.
Dalam
kondisi normal cabai merah dijual Rp 20.000/kg. Kini harganya jadi Rp
26.000/kg. Kenaikan harga cabai dipicu tingginya permintaan masyarakat untuk
kebutuhan membuat rujak asinan, sambal goreng kentang, dan rendang. “Sudah
biasa, harga cabai merah mendekati Lebaran naik karena tahu banyak warga
membutuhkan rempah rempah ini untuk rendang dan rujak asinan,”gerutu pengunjung
Pasar Rebo, Marni, 40, Kamis (16/8).
Bila harga
cabai merah naik, berbeda dengan cabai rawit yang harganya justru turun menjadi
Rp 10.000/kg dari kondisi normal Rp 12.000/kg. Sedangkan harga minyak goreng
curah dijual normal Rp 11.000/kg, bawang putih Rp 20.000/kg dan bawang merah Rp
10.000/kg. “Ketiga komoditi ini harganya masih stabil tak mengalami
kenaikan,”ungkap Komar, 35, pedagang sayuran di Pasar Rebo.
Kenaikan
harga mencolok dirasakan warga untuk adalah daging sapi dan daging ayam. Harga
daging sapi melambung naik menjadi Rp 85.000/kg, mengalami kenaikan Rp
15.000/kg dari kondisi normal Rp 65.000/kg.
Kenaikan
serupa terjadi pada daging ayam naik Rp 2000/kg, dari Rp 28.000/kg kini menjadi
Rp 30.000/kg. Kondisi kenaikan harga daging baik sapi maupun ini diprediksi
masyarakat akan terus merangkan naik hingga H-1 lebaran dan bisa menembus Rp
100.000/kg. “Tahun lalu pun begitu, daging sapi menyentuh Rp 100.000/kg,”ungkap
Marni.
Jaya,
pedagang daging sapi, tak menampik menyoal kenaikan harga daging pada dua hari
menjelang lebaran. Ia menganggapnya sudah lumrah dan biasa ketika menjelang
lebaran. ” Ah, enggak usah kaget karena sudah biasa harga daging sapi ini
selalu naik setiap mau lebaran,”pungkasnya. (dadan)
Analisis
Pengambilan Konsep
Dari contoh kasus diatas kita dapat
mengambil konsep “ Kenaikan harga bahan
pokok di pasar tradisional“
Kesimpulan Sementara
Paragraf yang
dijadikan kesimpulan sementara :
Dua hari
menjelang Lebaran, harga cabai merah yang dijual di sejumlah pasar tradisional
di Kabupaten Purwakarta semakin ‘pedas’ naik Rp 6000/kg. Harga kebutuhan pokok
masyarakat lainya juga naik seperti daging ayam dan daging sapi.
Verifikasi atau pembuktian hipotesis
Dalam
kondisi normal cabai merah dijual Rp 20.000/kg. Kini harganya jadi Rp
26.000/kg. Kenaikan harga cabai dipicu tingginya permintaan masyarakat untuk
kebutuhan membuat rujak asinan, sambal goreng kentang, dan rendang. “Sudah
biasa, harga cabai merah mendekati Lebaran naik karena tahu banyak warga
membutuhkan rempah rempah ini untuk rendang dan rujak asinan,”gerutu pengunjung
Pasar Rebo, Marni, 40, Kamis (16/8).
Bila harga
cabai merah naik, berbeda dengan cabai rawit yang harganya justru turun menjadi
Rp 10.000/kg dari kondisi normal Rp 12.000/kg. Sedangkan harga minyak goreng
curah dijual normal Rp 11.000/kg, bawang putih Rp 20.000/kg dan bawang merah Rp
10.000/kg. “Ketiga komoditi ini harganya masih stabil tak mengalami
kenaikan,”ungkap Komar, 35, pedagang sayuran di Pasar Rebo.
Kenaikan
harga mencolok dirasakan warga untuk adalah daging sapi dan daging ayam. Harga
daging sapi melambung naik menjadi Rp 85.000/kg, mengalami kenaikan Rp
15.000/kg dari kondisi normal Rp 65.000/kg.
Kenaikan
serupa terjadi pada daging ayam naik Rp 2000/kg, dari Rp 28.000/kg kini menjadi
Rp 30.000/kg. Kondisi kenaikan harga daging baik sapi maupun ini diprediksi
masyarakat akan terus merangkan naik hingga H-1 lebaran dan bisa menembus Rp
100.000/kg. “Tahun lalu pun begitu, daging sapi menyentuh Rp 100.000/kg,”ungkap
Marni.
Kesimpulan
Menjelang
lebaran sudah menjadi hal yang biasa apabila terjadi kenaikan harga bahan
pokok, meningat tingginya permintaan, jadi sebagian pedagang dan pembeli tidak
terlalu kaget.
sumber : fachryaje.blogspot.com
poskotanews.com